*** Melody Kematian PART 6 ( Final Story ) ***
*** Moga Yg Like / Share Makin Sukses , Panjang Umur & Sehat Selalu ***
Petunjuk yang kami dapat hanya nama “ASILIA” entah nama siapa itu tapi
kami yakin nama itu adalah nama yang selama ini kami cari,
Dan
untungnya kami di untungkan dengan nama itu, ya di perpustakaan kota aku
yakin akan mengetahui nama itu nama yang dulu pernah menghiasi composer
kota ini, gadis jenius yang mengidap kelainan mental, ASILIA nama yang
kadang membuatku sangat geram atas apa yang dia lakukan padaku,.
Hari ini kami menuju ke perpustakaan kota kami focus mencari artikel
yang berhubungan dengan nama, dan tragedy kebakaran 6 tahun lalu, setiap
artikel yang kami temukan entah kenapa selalu berbanding berbalik
seoalah tidak ingin kami menemukan nama itu,
Hingga kami dapati
sebuah artikel tentang gadis berbakat yang meninggal akibat api, memang
dikatakan ini terjadi sekitar 6 tahun lalu, tapi tak disebutkan ini
berlokasi di rumah sakit itu,
Alamat rumah ini pun sangat jelas dan dimiliki oleh pengusaha sebuah alat msuik “Melodies”
Kami pun menuju kesana tempat alamat itu di buat, dan kudapati rumah
besar akan tetapi bergaya kuno yang seperti peninggalan belanda,
Alvin menatap mantap pada rumah itu, kami pun beranikan diri melihat rumah itu siapa yang tinggal di dalam rumah ini,
Ketika ku ketuk seorang wanita tua menyambut kami , baik sekali wanita ini, pikirku mengijinkan orang asing masuk,
Kami berbincang bincang perihal rumah unik ini, kami mendapatkan
informasi bila sekarang rumah ini menjadi warisan kota dikatakan sang
pemilik memberikan ini pada pihak pemerintah karna yakin kelak rumah ini
akan menjadi peninggalan sejarah , dan wanita ini adalah wanita yang
ditunjuk oleh dewan kota untuk merawat rumah kuno ini,
Kami pun
mulai mengajukan perihal seputar rumah ini pada wanita itu, mungkin saja
kami mendapatkan informasi yang bagus yang mungkin dapat membantu kami
menguak siapa gadis yang bernama “ASILIA” mulai kuajukan pertanyaan
padanya,
“maaf sebelumnya bila saya sangat lancang , boleh kah saya
tau siapa pemilik rumah ini, maksut ku keluarga penghuni rumah ini
dulu?”
Sedikit perasaan curiga kulihat di raut wanita itu,
Dengan senyum khasnya dia menjawab “em, sebenarnya saya tidak tau pasti
siapa pemilik dari rumah ini tapi eku pernah mendengar seorang pria ,dan
anak gadisnya dulu pernah tinggal di sini?”
Ku tatap wajah Alvin yang tampak sangat serius sembari melihat rumah yang megah ini,
Tapi mendengar jawaban ibu itu , kupikir mungkinkah gadis itu adlah
gadis yang menteror kami, tapi kami mencoba menahan rasa pertanyaan itu,
Tak kulihat sebuah foto satupun yang mungkin dapat menjadi petunjuk buatku hingga wanita itu bertanya pada kami,
“maaf bila boleh tau, kalian ada keperluan apa ya datang kesini,”
Saat aku akan menjawab tiba tiba Alvin memotong dan mengatakan bila
kedatangan kami hanya sekedar mengagumi rumah yang unik ini, dan alas an
kami datang kesini adalah untuk sekedar melihat dan menulis tentang
tugas kuliah kami tentang arsitektur,
Aku sempat berfikir , Alvin
cepat juga mencari alasan , akhirnya kami meminta ijin untuk sekedar
melihat lihat rumah ini itupun bila diijinkan?
Dan memang
keberuntungan kami , kami di ijinkan melihat rumah itu, kumulai telusuri
masuk dari satu ruangan ke ruangan yang lain, dan tak kudapati sebuah
foto satupun hingga kami melihat sebuah piano tua peninggaalan tuan
rumah yang masih tampak bagus terpampang di ruang tengah,
Di
damping wanita tua itu kami melihat piano itu, Alvin sempat mengutarakan
keinginan untuk memainkan piano itu , dan wanita itu mengijinkanya
sembari mengatakan “boleh saja asal jangan merusaknya, karna piano itu
adalah piano tua dan satu satunya,”
Kami hanya tersenyum melihat kebaikan wanita tua itu,
Alvin mulai memainkanya, tapi kulihat Alvin terus menatap kea rah piano
itu dan saat dia selesai dia membisikkan kata padaku “ya, ini adalah
piano miliknya, aku masih mencium bau amis sebuah darah”
“kutanyakan
pada Alvin dengan membisikkan “artinya ini memang dulu tempat gadis itu
berawal dan disini juga semua misteri ini dimulai, apakah piano itu
adalah piano tempat kematian pertama gadis itu?””
Kulihat Alvin mengangguk tanda ya?”
Kembali Alvin mengatakan padaku “kita mesti berpencar, kita mesti cari
kamar milik gadis itu dan disana pasti ada jawaban tentang kematianya
ini,”
Alvin pun mengatakan pada wanita tua itu bila dia ingin membuang air kecil ,
Disaat itu aku mengalihkan pertanyaan dengan seputar ruangan yang indah
itu sembari menanyakan sejarah rumah ini yang bergaya milik bangaunan
milik belanda,
Dan untungnya wanita itu meladeni segala jenis pertanyaan padaku,
Aku berharap Alvin akan menemukan sesuatu yang kita butuh kan bagaiman semua ini bermula,
Kutanyakan kembali siapa pemilik piano itu apakah anda mengetahuinya ?”
Wanita itu hanya diam dan mengatakan saya tidak tau, piano itu piano
milik pemilik rumah mungkin, karna saya juga tidak pernah menanyakan
perihal sejarah piano itu,
Kudekati piano itu hingga kudapati memang
bau amis darah masih tercium disini, sesekali ku elus piano itu dan
kasar dari kayu pahat dalam piano itu seolah menyimpan banyak misteri
disini,
15 menit berlalu, wanita itu menanyakan tentang temanku
yang tidak kunjung kembali , karna kami takut ketauan, jadi kembali
kualihkan lagi pandangan itu kea rah lain, tapi sepertinya wanita itu
sudah tidak mau menunggu temanku Alvin, dapat kulihat dari tatapan aneh
itu ,
Dan untungnya Alvin sudah kembali dengan wajah pucat dia mengatakan “sepertinya kita harus kembali”
Aku sedikit terkejut melihat keringat bercucuran di dalam keningnya,
akhir cerita kami berpamitan dan pergi meninggalkan lokasi itu,
Hingga kudapati Alvin membawa sebuah foto,
Kutanyakan foto apa itu?
Entahlah aku mendapatkan foto ini di salah satu kamar, di album foto,
dan aku piker apa kamu mengenalinya sebuah foto mungkin ayah dan anak?”
Ketika kulihat, astaga ya gadis inilah yang aku temui di rumah sakit itu ,,
“gadis yang menuliskan siapa dirinya dengan darah yang keluar dari nadinya itu? Apa ini Asilia??””
Bila benar ini memang dia , artinya buku harian itu benar” Alvin pun bercerita perihal dirinya tadi saat ke kamar kecil,
Saat itu aku menelusuri lantai kedua disana aku melihat sebuah kamar,
ketika kubuka kudapati banyak sekali boneka, aku pikir mungkin ini
adalah kamar seorang gadis, jadi aku pun masuk ketika kubuka album foto
itu kudapati gadis ini selalu menggambar dan mencoret wajah pria ini,
aku pikir mungkin pria ini adalah ayahnya, tapi entahlah aku tidak tau ,
saat itu aku juga melihat sebuah buku harian milik seseorang tidak ada
nama dalam buku harian itu, dia hanya mengisahkan tentang kebencian
terhadap ayahnya , tak kutemukan juga sebuah kalimat tentang music, aku
mulai berfikir bila ayahnya mungkin adalah sumber konflik , kita tidak
harus menyelidikinya, tapi kita dapat menyimpulkan gadis ini menyimpan
kebencian terhadap ayahnya dan mungkin ada hubunganya dengan 13 bada
kematian bukankah nada itu menuliskan tentang arti dari sebuah kematian”
Tiba tiba aku mendapatkan pesan dalam handponku, dan ketika kulihat lisa menghubungiku,
“aku sudah mendengar nada ke 3, sepertinya aku yang selanjutnya,, aku tidak mau mati please tolongin aku?”
Langsung kami menuju ke tempat dimana Lisa berada , aku dan Alvin memacu motor kami dengan kecepatan penuh,
Sesekali aku juga merasakan ke anehan , karna tidak biasanya Lisa
meminta kami dating ke sebuah rumah yang belum pernah aku dengar,
Ternyata dugaanku benar rumah itu adalah rumah kosong kami pun mulai
masuk dan ketika kudapati masuk mendadak kami tersungkur dengan keadaan
setengah sadar aku seolah di serety oleh seseorang ketika kami sadar aku
melihat Nila kekasihku terikat di sebuah kursi dengan lap ban menempel
di mulutnya ternya Alvin dan aku juga terikat di sebuah kursi,
Kulihat juga sesosok gadis membawa kayu tebal berdiri membelakangi kami,
kulihat raut wajah ketakutan nila, dan matanya seolah sudah lama
mengeluarkan air mata, ada apa ini,
Ketika sosok itu berbalik rupanya itu adalah lisa, dengan keadaan semrawut aku bertanya “woi, apa yang kau lakukan pada kami?”
Kulihat Lisa tertawa lepas dan mengatakan “seperti yang aku katakan
tadi aku sudah mendengar nada ke 3 itu, saat aku selesai jam kuliah
tadi, tapi aku berfikir apakah aku yang akan mati selanjutnya, ketika ku
berfikir kembali bagaimana kalau salah satu dari kalian aku bunuh
mungkin dengan itu tangga kematian akan berubah dan mungkin aku bias
melewati tangga kematian dengan catatan ada yang menggantikanku,”
“apa kau sudah gila, kita hadapi ini sama sama, kami temanmu?”
Lisa hanya tersenyum aku berfikir dia benar benar gila,
“teman? Bukankah itu kalimat yang sudah muak aku dengar, kau mengatakan
itu pada Audrey, tapi dia tetap tewas,. Kau mengatakan pada dio dan
andi mereka juga tewas sekarang kau mengatakan itu padaku , aku tidak
mau mati konyol apalagi dengan hantu bodoh, si melodi sial itu. Persetan
dengan teman,”
Lisa mengatakan itu, sungguh membuat kami
merasakan ke gilaan, dari permainan yang sudah dia bua, sungguh kejam,
hingga membuat kami harus saling membunuh,
Alvian tampak diam saja melihat itu, sepertinya kami hanya mampu pasrah,
Hingga aku mendengar kalimat lagi dari Lisa dia mengatakan
“tapi aku bingung siapa yang harus mati untuk menggantikan aku? Em sepertinya kau saja deh”
Lisa menatap tajam kea rah Nila. Ya ampun jangan sampai dia membunuh
Nila hanya karna ini, aku pun berteriak aku mohon jangan lakukan itu ,
ini pasti ada jalan keluarnya aku yakin,?
Kembali lisa hanya
tertawa, dan mengatakan, “aku membunuh nila sebenarnya bukan untuk
keselamatanku saja tapi aku punya motif lain hahaha”
Apa? Motiv apa??”
Kemudian Lisa menatapku dan mengatakan.
“nino, bukankah kita sudah saling mengenal , lama kita saling bersama apa kamu tidak pernah merasakan perasaanku ha?
Mendengar itu aku terkejut apakah lisa menyukaiku, tapi itu tidak mungkin,
“aku mohon jangan dia , aku tidak tau apapun , bahkan bila aku tau aku
juga tidak akan bias menerimamu, aku sudah memiliki seseorang yang aku
sayangi nila, jadi jangan lakukan itu aku mohon lis?”
Kulihat nila menangis air mata itu semakin berlinang,
Aku pun tak henti hentinya memohon atas aksi gila lisa terhadapku,
Tapi lisa tetap melanjutkan akan membunuh nila,
Seketika itu “bruakakkaka”
Pintu kamar itu terbuka , “ya ampun dia ada di sini, ya ASilia”
“Asilia yang masih berwajahkan putri menatapa tajam kearah lisa,
Lisa pun tampak terkejut melihat wajah teman kami, dia pun bertanya “putri bukankah kau sudah mati kenapa kau ada disini?”
Seketika itu aku berteriak pada lisa “lisa cepat pergi dia bukan putri tapi dia akan membuinuhmu, lari selamatkan dirimu,
Lisa masih tampak terguncang atas apa yang dia lihat itu, seketika itu
raut wajah yang tegang kini menjadi benci, dengan sebilah kayu lisa
berlari kea rah sosok itu berniat memukulnya sembari berteriak
“makhluk terkutuk aku akan membunuhmu,”
Tapi dengan cepat Lisa di cekik, dan seketika itu dia di banting, rambut lisa di tarik entah kemana oleh makhluk itu,
Aku mencoba melepaskan diri, dan kulihat Alvin berhasil lebih dahulu
melepaskan ikatan tali itu, dia pun melepaskan aku, dan aku pun
melepaskan nila, ku peluk nila yang masih tampak syoch itu, kami berlari
menelusuri rumah itu dan kami dapati di kamar mandi, Lisa mati dengan
kepala seperti terbentur sebuah tembok ya, kini lisa sudah mati di
tanganya,
Kulihat Nila tampak histeris dan berteriak “aku tidak mau mati ,, dan berlari meninggalkan aku
Aku pun segera mengejarnya, dan ketika ku tanyakan “ada apa denganmu?”
Dengan nada bergetaran dia mengatakan “aku baru saja mendengar nada itu lagi dan nada itu adlah nada ke 3?”
Jantungku langsung berdetak kencang, sesuatu yang aku takutkan akhirnya
terjadi juga , ku peluk dia dan kukatakan , aku tidak akan membiarkanmu
mati aku janji, bahkan bila aku yang harus mati, aku pen mengambil
sebilah kayu dan memukulkanya ke kepalaku hingga darah mengalir di
kepalaku,
Alvin segera menghentikanku dan mengatakan “apa yang kau lakukan apa kau sudah gila?”
Alvin memukulku hingga tergeletak, dalam keadaan itu kami semua sangat
ketakutan kukatakan pada Alvin mungkin dengan meninggalnya aku nila akan
selamat,
Tapi sekali lagi pukulan Alvin mendarat padaku, dia mengatakan
“ini bukan jawabanya bodoh, lalu selama ini apa kamu akan menyerah setelah melewati semua ini dengan susah paya,”
Aku pun sadar aku melakukan kesalahan yang sudah salah,
Hingga aku terkejut sosok itu muncul kembali dan menatap tajam nila,
nila yang tampak ketakutan berlari kearahku dan mengatakan “aku tidak
mau mati,,”
Aku pun berdiri dan kukatakan pada makhluk itu, bila
kau mau dia mati, kau harus membunuhku terlebih dahulu, Alvin pun juga
berdiri dan mengatkan hal yang sama seperti ku tadi,
Bunuh lah kami bila kau ingin membunuh nila?”
Aku pun teringat tunjukkan foto itu, Alvin,
Seketika Alvin pun menunjukkan foto itu, ya kini makhluk itu terpaku
menatap foto itu, dan kulihat makhluk itu hanya diam sembari menatap
foto itu tampak seperti dia mengingat sesuatu,
Dan kudengar kalimat muncul dari makhluk itu “siapa aku?? Siapa aku, apakah kalian tau siapa aku?”
Dengan tatapan menyedihkan dia menatap kami,
Aku pun mengatakan hentikanlah Asilia, cukup hentikan semua ini aku mohon,
Kembali makhluk itu bertanya padaku “Asilia? Siapa Asilia? Apakah itu namaku? Tapi kenapa aku masih belum ingat semua?”
Hingga Alvin membisikkan kata “sepertinya dia masih memiliki nama lain?
Aku pun teringat ucapan elise, bila mereka memiliki kemiripan , hingga tanpa kami sadar kami menyebutkan nama “Esile”
Alvin bertanya padaku “Esile nama itu apakah nama makhuk itu?”
Ya aku ingat bila nama Elise di balik akan membentuk sebuah nama Esile dan aku pun mengatakanya,
Namamu bukankah “Asilia Esile”
Seketika ekspresi makhluk itu diam, kami berfikir apakah sudah selesai ketika dia sudah tau semuanya rupanya tidak!!
Dia tersenyum kearah kami dan merobek wajah itu hingga wajah putrid menjadi wajah makluk itu. Ya wajah di foto itu,
Dia pun mengatakan dengan nada senang kepada kami “akhirnya aku tau
siapa diriku, ayahku yang dulu menyakitiku sudah aku bunuh dan ibuku
yang sudah membuatku seperti ini juga sudah aku bunuh, kini kalian semua
akan aku bunuh”
Ya, ampun jangan jangan yang membakar rumah sakit
itu adalah dia , ya dia yang jahat si Asilia Esile, dia lah yang
membunuh pasien semua rumah sakit jiwa itu, dia juga yng membunuh ke dua
orang tuanya,
Seketika itu dia ada di hadapan kami, dan berniat
mencekik kami, tapi kami berhasil lolos dan segera pergi dari sana, kami
terus berlari nila , terus eku genggam tangan itu, hingga tiba tiba
nila terjatuh, dan seketika itu makhluk itu menarik kaki nila, aku
berusaha menarik tangan itu aku pun ikut terseret.
Di tengah itu Alvin mengejar kami dan mencoba menarik kami, tapi kami terseret,
Hingga dia mulai mencekik nila dengan wajah yang mengerikan itu, kami
mencoba menghentikanya, tapi kami berdua terlempar,, hingga menabrak
tembok, aku menatap nila yang semakin tampak akan mati, tapi aku sudah
berjanji akan menghentikan semua ini, aku harus bias dengan tenaga sisa
aku meraih tangan itu dan kutarik tangan kiri tangan yang cacat itu,
hingga dia beretriak sukurlah nila berhasil aku selamatkan , seketika
itu aku meminta Alvin untuk menarik nila yang masih tampak lemas,
Aku pun sudah mulai geram dengan dia , kulemparkan tas yang berisi
semuanya ku mulai mencari bagaiman menghentikan semua ini tapi makhluk
itu menyerangku lebih dahulu hingga Alvin berteriak buku nada itu, Bakar
buku nada itu, seketika kulihat wajah Makhluk itu melihat tajam ke arah
tas itu, dengan tenaga sisa kulempar buku itu ke Alvin dan Alvin segera
mengambil buku , makhluk itu melepaskan aku, dan kini menuju ke Alvin
sepertinya kehidupan makhluk itu memang ada di buku itu, seketika itu
kembali Alvin melemparkan buku itu, aku berusaha berlari, makhluk it
uterus mengjarku, hingga aku terjatuh kali ini tamat riwayat kami,.
Kembali aku di cekik dan kali ini dia sangat marah ,
Alvin berusaha menolongku tapi kami tercekik berdua,
Dalam keadaan itu Nila mengambil buku itu dan memukulnya dengan batu,
dan benar saja kami terlepas dengan terlihat terluka mahluk itu
menghampiri nila , tapi nila terus memukul buku itu, tampak makhluk itu
semakin menahan rasa sakit,
Aku pun segera berlari kesana ku ambil sebuah pecahan kaca, dan kutancapkan pada buku itu?
Buku itu terus saja aku tancapkan kaca hingga Alvin membawa korek api,
ku bakar buku itu seketika ku bakar buku itu, makhluk itu mulai terbakar
dengan semua itu,
Kali ini dia menghilang , aku sungguh berfikir
ini semua berakhir hingga rupanya nada itu masih ada dan semakin kencang
ya kali ini kami mendengarnya dengan sangat jelas, perlahan kami mulai
merasakan dia masih ada disini, darah mulai keluar dari hidung kami,
Alvin berteriak pada kami, ini belum berakhir, foto itu, bakar foto
itu, dia akan masih ada selama dia tau siapa dirinya, sesegera mungkin
ku bakar foto itu, dan nada itu pun menghilang tapi luka berat yang di
alami nila membuatnya jatuh tersungkur ya kami semua mengalami luka yang
berat,
Segera mungkin ku bawa nila pergi dari rumah itu, dalam
keadaan itu nila pun terjatuh, sepertinya hujan akan turun terlihat dari
awan yang terlihat mendung,
“yang, kamu harus bisa semua udah berakhir, ayo berdiri ya aku yakin kita pasti bisa”
“nila hanya menangis dan memang di antara kami bertiga dial ah yang sanagat parah
“kayanya aku akan mati, kepalaku sudah tidak kuat lagi, serasa mati rasa semua tubuhku,
Melihat itu aku pun berniat mengangkat nila walau sebenarnya badanku
juga terluka, terlihat Alvin mau menolongku tapi ku katakan padanya
“bila aku bisa, aku sudah berjanji akan mendampinginya dalam keadaan
apapun jadi aku pasti bisa membawanya pergi dari sini”
Hujan pun
turun ku gendong nila dalam keadaan terduyung duyung, Alvin hanya
tersenyum, dan mengatakan kalian sanagat beruntung masih dapat meraskan
cinta yang begitu hebat,
Seandainya aku juga bisa seperti kalian,
tampak senyuman Alvin sangat tulus, tak pernah kulihat Alvin tersenyum
seperti itu, kulihat nila sudah tertidur mungkin sudah kelelahan setelah
melewati semua ini,
Di hujan yang rintik rintik ini aku
bersyukur masih bisa memeluk cinta yang teramat aku sayangi, semoga saja
cinta ini akan semakin kuat tak terkalahkan oleh waktu,
Sampailah
kami di rumah sakit . ku genggam dan kudampingi nila yang masih lemas
tertidur lelap di atas kasur rumah sakit itu, kukatakan padanya, sungguh
aku sangat beruntung sesekali kucium keningnya tanda aku sangat
mencintaimu,
6 hari setelah kejadian itu…
Aku dan nila
akan menghadiri konser pertama Alvin ya setelah kepulanganya dari
germany, kini dia akan mengelar konser bertajuk simponia, dan aku sangat
beruntung mendapatkan 2 tiket VIP, dan tak kusia siakan aku pergi
dengan nila, yang membuatku lebih kagum adalah tema dari konser ini
yaitu “FOR LOVE”
Untuk cinta, sepertinya aku tau ini untuk siapa?? Hehe dalam hati aku tersenyum,
Konser pun dimulai, dan di buka dengan sambutan pidato Alvin kepada hadirin,,
“malam ini aku sangat berterima kasih pada tuhan, kepada kedua orang
tuaku, kepada para hadirin yang mau datang ke konser pertama saya, dan
yang terakhir aku berterima kasih kepada my lovely,
Yang sekarang berada di surga.
Yang ingin aku katakan adalah Cinta,
Pernahkah kalian bertanya tentang apa itu cinta?
Sering kali kita mengenal cinta itu abstrak, tidak ada yang tau dia ada dimana, tapi percayalah bila cinta itu ada dan nyata,
Cinta memang kadang kala misterius tapi semuanya akan berubah ketika
kalian mengenalinya, Cinta itu menyakitkan , karna saat kalian mencintai
kalian juga harus siap, cepat atau lambat cinta harus pergi, jadi akan
semakin menyedihkan bila kalian tidak mengenal cinta,
Di konser
pertama saya saya ingin mengatakan bila dulu saya pernah mencintai
seseorang yang sanagt luar biasa, kami tertawa menangi bersama, kami
berjalan, berlari bahkan sesekali berucap, bila Cinta itu ada
Dan
hari ini aku ucapkan terimakasihku kepada kalian dan LAvisa, cinta
pertamaku yang harus aku relakan, selamat jalan cinta semoga kau akan
bahagia selamanya, “
Mendengar itu aku hanya tertegun dan kutatap
nila, nila hanya tersenyum dan menyandarkan kepalanya ke pundakku dank u
bisikkan “mungkin cintaku tak sebesar Alvin pada lavisa, tapi aku
pastikan cintaku akan setia sampai nanti”
Nila hanya tersenyum dan kekecup keningnya,
Yang menjadi perhatianku adalah sebuah kursi kosong VIP bertuliskan
LAvisa, sepertinya Alvin ingin lavisa datang dan melihat nya disini, aku
hanya berharap semoga lavisa dapat bahagia disana.